Friday, January 7, 2011

Alasan posisi huruf pada keyboard



Pernahkahagan bertanya, mengapa susunan huruf dalam keyboard mesin ketik,komputer, hingga PDA kita berupa “QWERTYUIOP” dan seterusnya? Mengapatidak dibuat saja berurutan seperti “ABCDEFGH” dan seterusnya? Mungkinsebagian dari agan sudah tahu ceritanya, tetapi kalau-kalau agan belumtahu ane copas di sini.

Konon,keyboard tersebut sudah diciptakan sejak tahun 1860an oleh Sholes danDunsmore. Awalnya mereka membuatnya berurutan sesuai abjad. Namun,lambat laun seiring dengan meningkatnya kemampuan (kebiasaan) user,kecepatan mengetik menjadi lebih cepat padahal mekanisme mesin saat itumasih sederhana. Akibatnya, (baris) tombol tertentu menjadi seringmacet dan menghambat pekerjaan.

Berdasarpengalaman mereka, akhirnya disusunlah keyboard yang sengaja dipersulitdan dibuat tidak efisien agar keyboard tidak mudah jammed. Desain mesinketik itu kemudian dijual ke Remington untuk diproduksi secara massaltahun 1873. Susunannya terbagi dalam empat baris, baris teratas berupa“23456789-”, baris kedua “QWE.TYIUOP”, baris ketiga “XDFGHJKLM”, danbaris terbawah “AX&CVBN?;R”.

Seiringberjalannya waktu, teknologi berkembang pesat dan masalah tombolkeyboard yang sering macet sudah teratasi dengan desain mekanik yanglebih baik. Sejumlah desain keyboard alternatif juga muncul di pasaran.Salah satu yang cukup populer adalah Dvorak Simplified Keyboard (DSK)yang dibuat oleh August Dvorak tahun 1936. Desain itu diklaim merupakandesain yang lebih efisien, cepat, dan egronomis.

QWERTYsebenarnya punya banyak kelemahan seperti membuat tangan kiri Andaoverload terutama ketika menulis dalam bahasa Inggris (hal serupa sayarasakan ketika menulis dalam bahasa Indonesia). QWERTY juga membuatkelingking Anda overload. Penelitian menunjukkan bahwa distribusi huruftidak merata sehingga jari Anda harus menyeberang dari baris kebaris—-bila dihitung jari tukang ketik tipikal akan berjalan lebih dari20 mil per hari dibandingkan dengan DSK yang hanya 1 mil.

Sayangnya,orang tetap ogah berpaling dari desain “QWERTY” kendati desain tersebutbukan merupakan desain yang terbaik. Sekalipun teknologi sudah bisamengatasi problem tombol yang nge-jam, orang tetap bertahan dengandesain “QWERTY” bukannya desain lain yang lebih superior. Alih-alih,QWERTY malah dinobatkan menjadi standar internasional di tahun 1966.

Halyang sama juga terjadi di Microsoft Windows. Kita tentu tahu bahwaWindows bukanlah sistem operasi terbaik, entah itu dari segi keamanan,kemudahan, kinerja, sampai soal keindahan. Namun, karena penetrasipasar Windows sudah begitu deras, orang mulai terbiasa menggunakanWindows dan sistem operasi tersebut menjadi terstandardisasi.

Apakahtidak ada yang lebih baik dari Windows? Tentu saja tidak. Namun orangperlu pikir-pikir beberapa kali sebelum berpaling dari standartersebut. Mereka harus menghadapi barrier seperti faktor biaya, isukompatibilitas, proses pembelajaran, faktor waktu, dan masih banyaklagi. Akibatnya jumlah mereka yang setia jauh lebih besar daripada yangmurtad. Inilah yang menjadikan Windows atau QWERTY kemudian menjadistandar—-kendati mereka bukan yang terbaik.

Dalamdunia ilmiah, fenomena ini dijelaskan sebagai konsep path dependencydan network externality. Intinya, inovasi tidak menghasilkan outcomeyang out of the blue, tetapi merupakan perkembangan yang bisadiprediksi dari yang sudah-sudah. Selain itu, value dari inovasitersebut akan makin tinggi bila digunakan oleh makin banyak orang. Padatahap tertentu, inovasi tersebut akan menjadi standar yang digunakanoleh umum.

No comments:

Post a Comment

Comment